28 April 2008

Kekayaan, Kebahagiaan , Keheningan

Kekayaan, Kebahagiaan , Keheningan

Mengejar kekayaan. Mungkin itu tema keseharian banyak manusia. Dari sekolah,kuliah,bekerja-dirumah maupun diluar-sampai berdoa ditempat ibadah, mayoritas manusia mengejar kekayaan. Dan tentu , itu boleh-boleh saja dilakukan.

Oleh Gede Prama

Sebagaimana diajarkan alam, semuanya sedang bertumbuh. Semuanya sedang meninggalkan kegelapan, mendekati cahaya. Cara dan pendekatannya saja yang berbeda.
Ada Sahabat yang amat mengkhawatirkan deras dan pesatnya perkembangan “agama pasar”. Agama yang tempat ibadahnya kursi kekuasaan, yang disembah uang, mantranya hanya mengulang kata money come, money come, money come.
Dari segi ekses-ekses negative yang ditimbulkan, tentu bisa dimaklumi kalau ada sahabat yang khawatir. Namun, dari segi kehidupan dan alam sebagai ladang-ladang pertumbuhan, apa saja yang ditanamkan ke ibu pertiwi akan diolah jadi daun,bunga dan buah. Apa saja yang dibuang kelaut, akan dikembalikan dalam bentuk hujan yang menyejukkan.
Kekhawatiran memang sebentuk kepedulian yang layak dihargai. Namun, khawatir berlebihan mudah sekali membuat kehidupan tergelincir ke dalam penghakiman,kesombongan, dan kecongkakan. Seperti melihat anak-anak kecil berlari di taman, melihat banyak mausia menjejali diri dengan kekayaan dan kekayaan secara berlebihan memang mengkhawatirkan, namun semua ada putaran waktunya, semua ada tempatnya.
Memaksa kehidupan berputar menurut keinginan dan nafsu kita, hanya akan membuat kehidupan menyerupai bungai plastic:dangkal,palsu, dan mudah membosankan.

Ingat Kaya, Lupa bahagia
Bila begini cara memandangnya, tidak perlu marah berlebihan kepada mereka yang sedang mendewakan uang, sekaligus tidak perlu mengotori batin dengan penghakiman-penghakiman berlebihan. Hanya saja ada sebuah pesan yang layak direnungkan bagi para sahabat yang masih beragama pasar: bila ingat kaya, jangan pernah lupa menjadi bahagia.
Memeluk mesra istri, melayani suami, tersenyum kepada si kecil di rumah, menyapa tetangga, banyak memberi, menghormati hak-hak karyawan, menjaga kepercayaan yang diberikan orang, beribadah secara teratur ditempat ibadah masing- masing adalah sebagian lahan-lahan kebahagiaan. Ketika kekayaan materi pas-pasan(secukupnya), banyak manusia bertumbuh dilahan-lahan kebahagiaan seperti ini. Dan tidak ada wajah kehidupan yang lain kecuali indah, indah dan indah.
Meskipun begitu, kekayaan materi berlimpah, atau begitu keinginan kaya demikian mendikte, berlakulah rumus kebanyakan manusia modern: ingat kaya, lupa bahagia. Dalam makan sebagai contoh, bukan manusia memakan makanan, makananlah yang memakan manusia.
Semua tahu bahwa makan daging berlebihan berbahaya, namun begitu berhadapan dengan makanan menawan, logika kalah dengan keinginan. Semua tahu bahwa apa saja yang keluar dari badan manusia (dari ludah sampai darah) menjijikkan, namun begitu napsu seksual menggoda, bahkan ludah orang pun ditelan dengan lahap.
Ditingkat seperti inilah, kekayaan dan keinginan kaya berhenti menjadi kawan. Ia berubah menjadi lawan yang menakutkan. Penyakit, perceraian,permusuhan,stress, salah-salah bunuh diri bisa menjadi menu kehidupan kemudian. Semakin banyak kekayaan yang ditumpuk, semakin menakutkan wajah kehidupan.
Disinilah lahir pentingnya mendidik diri untuk hidup secara berkecukupan. Dalam bahasa Dalai Lama Contentment is the greatest wealth. Perasaan bercukupan itulah kekayaan teragung. Sulit membayangkan kekayaan materi bisa menjadi pupuk penyubur kehidupan tanpa kehadiran perasaan yang berkecukupan.
Lebih dari menjadi penyubur kehidupan,perasaan berkecukupan adalah kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan yang lebih dalam. Karena kebahagiaan jenis ini bertumpu pada sesuatu yang sudah tersedia secara berlimpah didalam diri manusia. Bagi siapa saja yang telah sampai disini, matanya,telinganya,pikirannya, perasaannya hanya menemukan kebahagiaan dan kebahagiaan.

Keheningan yang membebaskan
Kebahagiaan jenis ini juga kemudian membimbing manusia untuk menemukan lapisan-lapisan diri yang lebih dalam. Meminjam bahasa puitik Jalaludin Rumi, hidup seperti mengupas bawang merah. Diluar ia tampak kecoklatan, kotor dan bau, Ketika dibuka, ia berwarna semakin putih. Semakin dibuka semakin putih. Dan tatkala semuanya terbuka. Tidak ada apa-apa yang tersisa terkecuali air mata yang meleleh…..
Sungguh sebuah tumpukan renungan yang amat mengagumkan. Dan Rumi bisa sampai disini tidak saja dihantar oleh perasaan berkecukupan, namun juga oleh kebersihan dan kesucian batin yang mengagumkan.
Ini sebabnya kenapa segelintir manusia yang sudah melewati kekayaan, berbahagia dan berkecukupan, kemudian memasuki pintu – pintu keheningan. Berbeda dengan orang- orang kebanyakan yang masih “mencari”, orang-orang jenis ini sudah berhenti mencari. Osho agak provokatid dalam hal ini: Stop searching, you have already arrived. Welcome home. Begitu berhenti mencari, manusia langsung sampai , Selamat datang dirumah.
Ajakan untuk kembali ke rumah keheningan inilah yang sedang dilakukan oleh dr Bumbunan Sitorus dalam buku : Be Still: Loving silence, living silence. Buku ini kaya akan kutipan-kutipan pendapat tokoh yang sudah pulang kerumah keheningan dan berhenti mencari. Dari ucapan Yesus Kristus yang terkenal” Be Still and know that I am God”, gagasan Krisnamurti yang segar menggetarkan, sampai dengan Osho yang selalu mengundang kontraversi namun akhirnya mencerahkan.
Sungguh ajaib buku ini menjadi sebuah ajakan yang layak untuk direnungkan. Terutama bagi mereka yang sudah menyadari dalam-dalam: ada keterbatasan(bahkan ada sesuatu yang berbahaya) dalam kekayaan materi, ada guncangan naik turun dalam kebahagiaan. Kekayaaan, sebagaimana diulas sebelumnya, mudah sekali menggelincirkan manusia kedalam penderitaan. Kebahagiaan adalah sebagian sisi bandul yang terus bergerak. Habis bahagia sedih, habis sedih bahagia. Dan lelahlah kehidupan karena tidak pernah berhenti bergerak naik-turun.
Dan keheningan, ia hanya menjadi saksi dari apa saja yang terjadi. Ada yang menyebutnya choice less awareness. Kesadaran yang tidak memilih. Kebahagiaan datang sadari, kesedihan berkunjung juga sadari. Ada yang menyebutnya compassionate witness. Menjadi saksi yang penuh kasih. Seperti ibu yang penyayang, begitulah sang saksi menyaksikan semuanya. Kesuksesan datang disayangi, kegagalan bertamu juga disayangi.
Thich Nhat Hanh menyebutkan Perfect mindfulness.Apa saja dilakukan dengan kesadaran sempurna. Dari mencuci piring,menerima telpon,membuka jeruk keprok, sampai dengan meditasi. Siapa saja yang melakukan semuanya dengan kesadaran sempurna, akan menemukan tidak ada hal positif( sukses, kaya, terkenal) yang membuat kita dilanda ketakutan kehilangan, tidak hal negative(sebutan gagal,miskin) yang membuat manusia merasa minder dan sedih berlebihan. Sejumlah sahabat menyebutkan ini the part of life that never born and never die. Bagian kehidupan yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Apa yang ditakuti manusia kebanyakan sebagai kematian, serupa air laut yang berubah jadi awan, awan yang berubah jadi hujan, dan hujan yang kembali kelaut.
Inilah keheningan yang membebaskan. Budha Gautama pernah ditanya kenapa murid-muridna terlihat demikian tenang dan damai, dengan jernih dia menjawab:”mereka semua tidak lagi menakuti setan masa depan,tidak lagi dihantui hantu masa lalu”. Menjalani hari ini secara penuh kesadaran, itu sudah lebih dari cukup.
Dalam kesehariaan yang penuh kesadaran, bahkan duduk di toiletpun bisa menjadi sebuah kegiatan yang penuh kedamaian dan kesucian, tidak kalah damainya sekaligus sucinya dengan melafalkan doa ditempat ibadah. Perhatikan pesan seorang guru Zen: “ Jika ada yang dikerjakan, itu baik. Bila tidak ada yang dikerjakan, itu juga baik”.Bila semuanya terlihat dan terasa baik, itu tandanya seseorang sudah memasuki rumah keheningan. Pemahaman sekaligus pengalaman mendalam akan kebenaran yang melampaui dualitas inilah yang membebaskan manusia dari keraguan,kekhawatiran, ketakutan, dan bahkan penderitaan.
Sayangnya keheningan yang membebaskan ini hanya mungkin menjadi milik mereka yang berjalan jauh dijalan latihanIbaca:kesadaran dan kewaspadaan). Tulisan pendek ini, hanya jari yang menunjuk bulan. Seterang-terangnya jari, tetap ia hanya jari. Hanya berangkat dan berjalan dijalan latihanlah yang membuat manusia kembali pulang kerumah yang sesungguhnya: rumah keheningan. Di rumah keheningan,bahkan kematianpun bisa disambut dengan senyuman yang menawan.

GEDE PRAMA
Bekerja di Jakarta, tinggal didaerah perbukitan Desa tahun,Bali Utara.
Kompas minggu 27 April 2008, Halaman : 11 kolom : 1-7.

02 Oktober 2007

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H





()

23 September 2007

Visualisasi dan “Program”

Saya masih ingat , ketika saya menyelesaikan tahap dasar dari latihan pernapasan , saya diajarkan teknik penggunaan jurus untuk mendapatkan sesuatu ,kita harus membuat “program” dalam pikiran kita sesuai dengan jurus yang sudah dipelajari.
Misalnya ada teman saya yang bekerja sebagai tukang ojek , dia diajarkan bagaimana caranya “menarik” penumpang untuk naik motornya. Pembuatan program dilakukan dalam beberapa langkah yaitu :
Niatkanlah agar pelanggan naik motor kita.
Tarik napas sedalam-dalamnya.
Lakukan visualisasi jurus tarik untuk menarik penumpang tersebut sambil menahan napas.
Lepaskan napas kita.

Ini sesuatu yang menarik karena beberapa hari kemudian , teman saya yang tukang ojek tersebut melaporkan bahwa sekarang dia gampang banget mencari uang , cukup buat program “tarik” dia mendapatkan banyak penumpang. Kemudian banyak sekali teman-teman saya melaporkan hal – hal sama yaitu “Program” mereka berjalan dengan baik. Saya selaku orang yang sedang mempelajari pernapasan tertantang agar bisa seperti mereka , tetapi tidak pernah berhasil. Pernah suatu waktu saya ingin “menarik” tukang somay yang terlihat mangkal dari lantai dua kantor saya. Wah bisa nech buat praktek pikir saya , kemudian saya jalankan teknis pembuatan “program” agar tukang somay itu menghampiri saya untuk membawakan pesanan somay. Tapi sampe napas ini serasa habis karena tarik ,tahan dan napas melulu tukang somay tidak datang-datang juga , akhirnya saya turun ke lantai 1, keluar dari gedung dan memesankan somay, dalam hati saya menggerutu , manual , manual dech , habis udah kepengen, he-he-he …., lucu juga kalau ingat itu.
Setelah saya tidak aktif diperguruan tersebut dan belajar ditempat lain, saya menemukan teknis pembuatan program yang persis sama juga , bahkan guru saya bilang setelah melewati tahap ini semua jurus akan hilang dan berubah menjadi ciptaan.
Lama saya melupakan teknik pembuatan “Program” ini (habis gagal melulu sech, he-he-he….), sampai saya mempelajari tulisan-tulisan tulisan Adi W Gunawan dan maraknya pembicaraan mengenai Law Of Attraction(LOA). Akhirnya saya menjadi mengerti kenapa saya selalu gagal dalam membuat “program”. Kuncinya adalah system belief saya, yah itu adalah kuncinya, karena dalam pembuatan “program” kita harus yakin bahwa “program” ini pasti berhasil. Itu tidak pernah diutarakan secara langsung di perguruan saya bawa kita harus yakin dalam pembuatan “program”,tetapi mereka memberikan kekuatan keyakinan itu dari beberapa contoh kejadian , misalnya di anu punya masalah A, terus dia bikin program B dan ternyata berhasil. Banyak teman-teman saya yang mempercayai cerita itu akhirnya berhasil membuat program. Lantas bagaimana dengan saya, saya memang orangnya susah percaya, jadi kalau ada cerita tentang keberhasilan dalam pembuatan “program”, saya selalu bilang dalam hati, ah itu sech kebetulan saja, cerita teman saya yang tukang ojek itupun saya anggap Cuma kebetulan belaka.
Yang kedua adalah ketika menarik napas , saya selalu menterjemahkan menarik napas adalah awal dari proses pembuatan “program”, padahal kalau kita kaji lebih mendalam , proses menarik napas adalah suatu kekuatan yang maha dasyat dari kehendakNya. Dengan berhasilnya kita menarik napas karena kehendakNya kita harus selalu bersyukur kita masih diberi kesempatan untuk hidup.
Yang ketiga adalah keadaan saya ketika melakukan visualisasi , dalam visualisasi saya memang sudah benar seperti membayangkan jurus tarik untuk menarik tukang somay tadi,, tapi keadaan saya ketika melakukan visualisasi adalah salah. Keadaaan dalam melakukan visualisasi adalah menahan napas, posisi menahan napas adalah posisi nol, dimana kita tidak terhubung sama sekali dengan diri kita dan sekitarnya kita. Keadaan disini adalah puncak komunikasi kita dengan sang Pencipta. Jikalau membaca buku Adi W Gunawan kita harus rileks dalam membuat program, disini diartikan kita harus senantiasa berada dalam alam bawah sadar kita agar maksimal mendapatkan apa yang kita inginkan. Posisi menahan napas waktu itu saya terjemahkan menahan napas ketika melakukan visualisasi padahal bukan disini puncak keberhasilan kita untuk mendapatkan sesuatu.Kita harus sering berlatih untuk selalu berada dalam alam bawah sadar kita, seperti meditasi atau berzikir, setelah senantiasa berada dialam bawah sadar kita, barulah kita berhasil melakukan visualisasi.Posisi berada dan senantiasa berada di alam bawah sadar itu berbeda dan itulah letak permasalahannya!!!!.
Yang keempat adalah ketika saya melepaskan napas saya, dalam melepaskan napas saya selalu menterjemahkan itu adalah ujung dari proses pembuatan “program” , yaitu tarik , tahan dan terakhir buang napas, padahal dibalik melepaskan napas itu tersimpan suatu makna yang sangat dalam. Dari melepaskan napas disitulah letak pasrahan kita dari apa yang kita inginkan. Dari melepaskan napaslah kita disadarkan kita hanya mahluk yang tidak berdaya dan dengan terlepasnya napas ini , terlepaslah kita dari kehidupan ini , sampai ada kekuatan dari yang maha dasyat yang memberikan kesempatan kepada kita untuk menarik napas kembali.
Kesimpulannya adalah kita harus selalu senantiasa berada dalam posisi nol atau dalam posisi kesadaran jiwa atau dalam istilah Adi W Gunawan adalah kita harus selalu berada dalam keadaan di alam bawah sadar (menahan napas) atau selalu berada dalam fitrahNya dalam ESQ nya Ary Ginanjar. Setelah itu makna syukur ( menarik napas) dan pasrah diri ( melepas napas) menjadi bagian dari kehidupan kita.Yang tidak kalah penting adalah pada saat interval pelepasan napas ke penarikan napas adalah doa agar selalu diberikan kesempatan hidup dalam rahmatNya ( Tarikan Napas).
Lalu apa hubungannya pernapasa dengan LOA , menurut saya sangat berkaitan, setelah memahami pembuatan program dalam teknis pernapasan kita akan mendapatkan benang merah nya antara pernapasan dengan LOA bukankah di dalam LOA diajarkan dapatkan apa yang kita inginkan (tarik napas) yang yakinlah itu pasti sudah terjadi (tahan napas) ,pasrahkan dan berdoa (lepas napas).

BERNAPASLAH DALAM SYUKUR DAN HEMPUSKAN NAPAS DALAM PASRAH DAN DOA.
Aw ( 23 September 2007, 23:00:00)

ZMP , NOL dan ZIKIR

Dalam buku ESQ karangan Ary Ginanjar, ada suatu step yang harus dilakukan untuk meningkatkan ESQ kita yaitu ZMP (Zero Main Process). ZMP ini adalah kegiatan memberihkan Got Spot(titik Tuhan) yang ada dalam diri kita. Ketika saya mempelajari ZMP, saya teringat istilah Nol yang selalu guru silat saya katakan.Kata Zero dalam ZMP adalah sama dengan Nol dalam versi guru saya, wah ini cukup menarik, kok bisa dua disiplin ilmu yang berbeda seperti Pak Ary yang mendalami dunia ESQ bisa sama dengan guru saya yang mendalami pernapasan.
ZMP adalah suatu proses yang bisa dinalarkan,maksud saya disini adalah dalam ZMP terangkum bagian-bagian yang harus dibenahi dalam diri kita seperti prasangka dan dugaan, biasakan berpikiran positif dan bagaimana cara mengatasinya. Semakin kita memahaminya kita akan lebih mengerti bagaimana proses ZMP itu terjadi. Tetapi nol dalam ilmu pernapasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Kita diwajibkan menggunakan suatu teknik pernapasan yaitu tarik , tahan dan buang napas dalam jurus-jurus silat tertentu (pada tingkat tertentu kita sudah tidak perlu lagi menggunakan jurus) sampai disuatu titik dimana diri kita akan merasa nol. Pengertian nol di sini adalah terputusnya diri kita dengan keadaan diri kita dan lingkungan sekitarnya dan satu-satunya sambungan adalah kepada satu kekuatan yang maha dasyat yaitu dialah Allah yang maha segalanya.
Nol sudah pernah saya rasakan, dimana dengan mempelajari pernapasan, dalam waktu 3 bulan , kondisi saya menjadi Nol dan dalam keseharian saya seperti ada kekuatan yang maha dasyat untuk selalu beribadah sama dengan tujuan dari ZMP yaitu dengan bersihnya GotSpot dalam diri kita maka tujuan dalam hidup ini hanya untuk beribadah kepadaNya.
Keduanya nampaknya seperti berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu suatu proses pembersihan diri, setelah itu akan timbul kesadaran diri (Jiwa) yang akan membawa kita pada suatu pemahaman dimana kita semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya.
Sekarang mari kita coba simak cara zikir yang pernah saya baca dalam buku Sejarah Tarekah Qodiriyah Nasibandiah di Indonesia karangan Martin Van Brussen. Dalam buku itu dijelaskan bagaimana cara zikir aliran tarekah tersebut yaitu membagi talimat tauhid
La Illah Ha Illahlah kedalam 3 langkah pernapasan yaitu tarik , tahan dan buang dalam rangka proses pembersihkan diri untuk membuang Illah-Illah yang lain selain Allah, apakah itu sama dengan tujuan dari ZMP ?. Benar, itu adalah tujuan yang sama!!!.
Terkadang segala sesuatu yang diajarkan dalam agama kita akan membuat kita terbagi ke dalam dua kutub, yaitu kutub pertama mencari tahu dulu kenapa ajaran itu harus dilakukan dan setelah tau baru kita melaksanakannya. Kutub yang kedua adalah menerima dan menjalani ajaran itu dengan apa adanya tanpa harus mencari lebih tahu kenapa itu harus dilakukan.
Ary Ginanjar mencoba memberikan jawaban kenapa dengan selalu membersihkan hati kita (Gotspot) akan kembali kepada fitrah kita (ZMP). Guru saya juga mencoba mengajarkan dengan terputusnya kita dengan alam sekitarnya dengan mengolah napas, kita akan kembali kepada fitrah kita ( Nol ), karena dengan terputusnya kita dengan diri kita dan alam sekitarnya, maka komunikasi kita hanya kepada Allah semata, La Illah Ha Illahlah.


Inilah cara manusia memberikan jawaban dari ajaran agama yang wajib kita jalani yaitu dengan melalui Zikir (mengingat Allah) kita akan selalu ingat kepadaNya dan terjagalah kita dari godaan – godan yang menyesatkan dan menggeser hati kita kepada Illah – Illah yang lain.

Aw(23 September 2007, 21:00:00)

BERUBAH DARI DALAM

Menurut DR.Jalaluddin Rakhmat,untuk meningkatkan SQ adalah :
Baca kitab suci
Pelajari kehidupan para nabi dan orang saleh
Biasakan mengubah dari dalam diri bukan diluar diri
Lakukan ibadah serius
Sediakan waktu khusus untuk berdoa
Belajar menajamkan indra batiniah.

Saya ingin mencoba menguraikan point nomor 3 yaitu membiasakan mengubah “didalam diri” bukan “diluar Diri” sesuai dengan pemahaman saya.
Saya mencoba mengilustrasikan dalam kehidupan sehari-hari , sebagai contoh jika suatu waktu ketika mencoba mencari sesuatu di internet dan ternyata sangat mengasikkan dan memakan waktu yang lama, tiba-tiba bos kita lewat di depan kita. Apa yang kita lakukan ?, biasanya kita me mengecilkan windows Internet explorer kita , atau langsung menutup windows kita. Mengapa kita melakukan itu, biasanya kita khawatir, si boss akan berpikir kita bukannya bekerja tapi malah asik main internet.
Itulah contoh mengubah dari luar. Karena ada boslah kita menghentikan kegiatan kita , bukankah kita pasti mempunyai tujuan sendiri mengapa kita menggunakan internet, mungkin kita mencari informasi untuk mendukung pekerjaan kita atau mendownload sesuatu yang berguna. Kita harus yakin apapun yang kita lakukan adalah sesuatu yang didorong dari dalam diri untuk tertindak karena kita adalah raja untuk diri kita sendiri bukan orang lain seperti boss kita itu.
Pengertian kita adalah raja untuk diri kita sendiri adalah kita harus senantiasa bisa mengendalikan semua yang ada diri kita. Seperti tarikan atau dorongan yang sangat kuat dari lingkungan sekitar yang pada akhirnya mengganggu pikiran kita dan berujung kepada kerentanan kita akan pengaruh dari luar. Jikalau kita selalu berpikir kita adalah raja untuk diri kita, semua pengaruh dari luar akan bisa kita kendalikan dan kita saring karena dalam diri kita sudah tersedia “program” yang super canggih yang biasanya kita namakan suara hati. Semakin kita fokus akan dalam diri kita , secara tidak sadar kita akan mengarah kepada suatu tindakan yang baik, dan itu bukan dari luar diri kita, tapi dari dalam diri kita. Semakin kita membiasakan diri mengubah dari dalam semakin kita menjadi raja untuk diri kita sendiri.

Aw (23 september 2007 20:00:00)

TIADA TUHAN SELAIN ALLAH,AYO BANGKIT INDONESIA……

Setelah melewati masa krisis multi dimesi yang cukup lama, banyak orang yang merasakan betapa hausnya mereka dalam melewati itu. Kehausan itu bukan sebatas kehausan yang diakibatkan terenggutnya kenyamanan mereka setelah di PHK, kehausan itu bukan hanya kehausan yang disebabkan betapa sulitnya orang bangkit kembali menata ekonomi mereka, kehausan itu bukan hanya kepedihan yang mendalam karena kehilangan sanak saudara dan teman yang tewas secara mengenaskan akibat pembantaian etnis , tapi dari itu kesemua berujung kepada kehausan akan spiritual.setelah banyak orang menyandarkan kepada illah yang begitu mempesona yaitu kehidupan materi, ternyata illah itu hanyalah ilusi dunia yang menghasilkan ketidaknyaman bahkan kehancuran dalam hidup mereka. Spiritual adalah yang paling mungkin dan yang sesuai dengan kodrat manusia adalah kembali kepadaNya Tiada Tuhan Selain engkau ya Allah, tetapi apa yang orang dapatkan?, bukan kesejukan yang didapat tetapi adalah kebingungan yang menimpa umat. Banyak ditemui orang-orang ahli agama yang begitu asiknya menikmati manisnya dunia spiritual tetapi sudah tidak mau mengurusi kehidupan dunia ini dan tidak ingin membagi setetes manisnya spiritual itu kepada orang lain. Banyak pula dijumpai ahli agama sangat keras dan dogmatis, bukan kesejukan yang didapat tetapi ketakutan yang luar biasa akan pedihnya siksa api neraka jahanam. Malah sering dijumpai diantara para ahli agama saling berdebat dengan sengitnya untuk mempertahankan keyakinan akan perbedaan,bukan mencari titik temunya, dan menerima perbedaan itu sebagai rahmatNya dan menyadari bahwa manusia hanyalah sebatas itu pemahamannya. Ditambah lagi muncul kelompok orang yang begitu kerasnya menyatakan ketidak setujuan akan ketidak adilan yang dilakukan negara barat dengan memberikan “hadiah kebinasaan” berupa bom yang mematikan.
Dalam kebingungan,akhirnya ditempuh banyak jalan seperti terlibat narkoba, berprilaku aneh dan menyimpang , aliran aneh serta menyesatkan dan masuk ke dalam dunia mistik yang secara tidak sadar akan membawa mereka akan ketergantungan kepada Illah yang lain selain Allah yang maha segalanya. Kita masih bersyukur Allah telah memberikan rahmatNya dalam ilmuNya kepada orang-orang yang lebih jernih akan kondisi ini dan mereka pulalah yang memberikan kepada kita berupa air yang sejuk bagi kehausan spiritual umat.
Dan saya dedikasikan blog berupa Link dari orang – orang yang terpilih tersebut baik melalui tulisan, buku,atau pelatihan mereka maupun lembaga atau perkumpulan yang dengan penuh kesadaran berjuang untuk membawa kembali akan kejayaan bangsa indonesia yang sama – sama kita cintai ini. Didepan mata sekarang ini terbentang suatu tantangan yang besar berupa persaingan globalisasi , saya sangat – sangat yakin dengan ijin Allah ,dengan kekuatan yang ada yaitu berupa keimanan yang hanya bergantung kepada Allah semata , bangsa ini sanggup bersaing dan bahkan unggul dibandingkan negara manapun didunia ini.
TIADA TUHAN SELAIN ALLAH,AYO BANGKIT INDONESIA……

PERJALANAN JIWA DIMULAI!!!!!!!!!…..

Setelah menjalani proses berpikir dan perenungan yang lama, akhirnya saya menyadari sebenarnya panggilan dari Allah sudah digaungkan olehNya sejak lama. Saya ditarik oleh kekuatan yang sangat besar untuk Hijrah dari kondisi saat ini ke suatu kehidupan yang benar-benar berbeda dari sekarang. Saya masih ingat perkataan guru silat saya yaitu :
“Manusia adalah benda ghaib dan alangkah sia-sianya hidup manusia jikalau dia tidak bisa membuktikan bahwa dia benda ghaib”.
Perkataan guru saya itu menantang setiap insan untuk bisa membuktikan bahwa kita adalah benda ghaib, mungkin secara sepintas kalimat itu bisa maknai bersifat klenik, emang kita ghaibnya seperti apa?, ada-ada saja. Kalau dikaji lebih mendalam sebenarnya kalimat ini mengandung arti pada diri kita tersimpan banyak kekuatan yang maha dasyat yang bersumber dari Sang Pencipta dan menyiratkan proses pengkajian yang sangat mendalam tentang pengetahuan akan diri setiap manusia. Semakin dalam kita mengkaji tentang diri ,kita akan mendapatkan pengetahuan tentang jiwa , akhirnya tercapai suatu kesadaran jiwa dan pada titik itulah kita menyadari bahwanya kita adalah benda ghaib. Kita disadarkan bahwa kita pada hakikinya bukanlah fisik kita , kita bukanlah pikiran kita , tapi kita adalah suatu ruh yang berasal dari sang pencipta. Setelah proses itu dilalui akhirnya kita mencoba mengenal pencipta kita secara lebih mendalam dan tercapailah fitrah diri manusia.
Begitu juga yang saya alami sekarang ini, kesadaran jiwa saya saat ini telah membawa kepada suatu kesadaran jiwa dimana hidup ini bukanlah untuk kebutuhan materi semata, bukanlah untuk memuaskan angan – angan akan kesenangan dunia , tapi hidup ini adalah mengemban amanah dari Allah untuk menaburkan RahmatNya berdasarkan sifat-sifatnya yang terkandung di dalam Asmaul Usna. Inilah Mission Statement yang dikatakan oleh Ary Ginanjar dalam ESQ nya, dimana setiap manusia sudah mendapatkan masing-masing mission statement dari Allah dan manusia wajib untuk menjalankannya.
Saya juga akhirnya mengetahui Mission Statement saya dalam hidup dan ini bukanlah suatu yang tiba-tiba ada dalam pikiran saya, tapi melalui proses perjalanan panjang dan berliku, melelahkan, penuh peluh, air mata, kesedihan, kerinduan, cinta dan saya yakin itulah jalan yang diberikan olehNya agar saya mengerti dan mantap dalam menjalani Mission Statement ini. Saya ingin dalam hidup saya bisa berarti dan membantu orang banyak melalui pengetahuan yang saya miliki. Bagaimana saya bisa mendapatkan itu semua ?, saya harus hijrah dari kondisi saya sekarang ke tempat baru yang menawarkan pengetahuan yang lebih tinggi dan baik. Memang akan banyak halangan dan rintangan dikarenakan ketidaktahuan saya ditempat baru itu , tapi dengan modal keyakinan akan tugas akan saya emban dan selalui dalam lindunganNya saya yakin mission statement itu akan saya jalankan dengan sebaik – baiknya. PERJALANAN JIWA DIMULAI!!!!!!!!!…..

Semua Mahluk Mencari Kebahagiaan
Ikan mencari kebahagiaan dalam air
Cacing mencari kebahagiaan dalam tanah
Burung mencari kebahagiaan dalam udara
Manusia mencari kebahagiaan dalam pikiran
Mahluk spiritual mencari kebahagiaan dalam kesadaran sejati
Master spiritual mencari kebahagiaan dalam kesatuan tunggal