21 September 2007

PERJALANAN LOYALITAS

Ada orang yang bilang sukses adalah perjalanan. Maksud sukses disini bukan berarti menempatkan diri saya sekarang ini adalah suatu pribadi yang sukses secara materi tetapi saya merasa dalam perjalanan pekerjaan saya akhirnya saya mendapatkan suatu kesuksesan yang lain dan itu yang membuat saya selalu bersyukur kepada Allah.
Dimasa kuliah saya sering menanyakan kepada teman-teman saya setelah selesai kuliah apa yang mau mereka lakukan. Biasanya mereka akan bilang akan mencari pekerjaan yang bagus. Bagus itu seperti apa sich ?, kejar saya , yah bekerja di perusahaan yang bonafit lah seperti bekerja di Bank ini atau bank itu, memang pada masa saya kuliah dunia perbankan sangat menyilaukan dan memberikan kesan akan mendapatkan masa depan yang bagus jika bekerja di sana. Setelah itu apalagi ?, mereka biasa bilang cari duit dulu lah yang banyak buat beli rumah dan kendaraan , setelah itu menikah dengan wanita yang cantik. Saya sering menanyakan ini kepada teman-teman saya dan jawaban hampir semuanya mirip, ada kegelisahan dalam hati ketika mendengar jawaban mereka , kenapa mereka berpikir sangat materialistis sekali dalam hidup ini dan mengukur keberhasilan hanya dengan materi, apa tidak sayang ilmu yang mereka dapat itu hanya diberikan kepada segelintir orang yang mempunyai perusahaan, kenapa mereka tidak memberikan ilmu mereka dengan bekerja pada suatu lembaga atau ekonomi rakyat yang secara langsung memberikan keuntungan kepada orang banyak. Kegelisahan saya dan keinginan teman-teman saya dikabulkan oleh Allah, dan setelah tamat kuliah, teman-teman saya bekerja hampir semuanya di bank dan saya bekerja di koperasi yang berbasiskan ekonomi rakyat.
Saya sangat loyal kepada koperasi itu , apapun saya kerjakan termasuk yang bukan pekerjaan saya karena saya begitu senang bisa bekerja di koperasi. Saya berpikir dengan loyalitas kepada perusahaan saya bisa memberikan yang terbaik buat ekonomi rakyat dan yang berarti pula akan memberikan kontribusi kepada kesejahterakan ekonomi bangsa indonesia secara keseluruhan.
Jumlah anggota koperasi itu adalah 3500 orang , bayangkan saja , jikalau mereka sejahtera , dibalik 3500 orang itu ada istri dan anak , taruhlah 2 anak , berarti ada 14.000 orang yang sejahtera
Saya masih ingat waktu itu saya mendapatkan gaji pertama sebesar 237.500 Rupiah, jumlah yang kecil dibandingkan teman-teman saya yang bekerja di bank, tetapi itu tidak mengecilkan hati saya untuk bercerita dengan antusias kepada mereka bagaimana enaknya bekerja di koperasi.
Malang, tahun 1997 indonesia yang terkena krisis moneter yang sangat dasyat yang berujung jatuhnya rezim soeharto (21 Mei 1998), termasuk koperasi saya secara perlahan tetapi pasti mengarah kepada kebangkrutan. Saya dan istri tetap berjuang melewati masa – masa sulit itu,dan saya sangat bersyukur mendapatkan istri yang begitu setia menemani saya. Sampai pada suatu saat ketika saya sedang duduk-duduk dirumah , saya perhatikan kok perabotan dirumah bisa dikatakan tidak ada ya. Kursi dari dulu seperti ini saja, lemari makan juga begitu, ya ampun kok saya sangat egois kepada keluarga saya. Saya terlalu asik dengan idealisme saya tanpa memikirkan keadaan keluarga saya ditambahkan lagi kalo mengingat kondisi koperasi itu sudah mendekati kebangkrutan. Akhirnya saya bertekad untuk keluar dari koperasi itu , saya pikir sudah saatnya saya menyenangkan keluarga saya, termasuk orang tua saya secara ekonomi. Dan Allhamdullillah saya bisa bekerja di perusahaan PMA yang cukup besar. Saya masih ingat setelah wawancara director IT itu bertanya mau gaji berapa, dan saya jawab terserah kebijaksanaan bapak saja, karena saya pikir yang penting saya bisa kerja dulu berapapun saya mau. Kemudian dia menyebutkan suatu jumlah gaji yang membuat saya terkejut, jumlah itu hampir 3 kalinya dari gaji saya yang terakhir. Keterkejutan saya tidak sampai disitu , ketika gaji saya di ajukan ke HRD , manager HRD kembali menambahkan kembali gaji tersebut sebesar 3 kalinya gaji saya!!!!. Ya Allah terima kasih ya Allah.
Awalnya saya cukup tertekan bekerja di lingkungan perusahaan besar itu, terutama dalam pergaulannya, saya di besarkan 8 tahun dalam lingkup kantor yang sedemikian sederhananya, dan sekarang ini saya ada di perusahaan yang begitu besar. Pernah suatu waktu ada masalah computer di kantor cabang medan dan mengharuskan saya saat itu juga berangkat ke medan dengan pakaian yang melekat. Waduh stress banget saya waktu itu , bukan karena saya belum pernah ke medan sama sekali, bukan pula karena masalah pekerjaannya, dan membuat saya stress adalah saya belum pernah naik pesawat!!!!. Terbayang bagaimana di bandaranya, terbayang pula bagaimana didalam pesawatnya, ampun !!!!$#@^% bingung banget saya waktu itu. Karena ini adalah suatu keharusan , akhirnya saya menerima tugas itu dan berangkatlah saya kesana dalam kebingungan saya. Saya menggunakan “ilmu duduk” selama dibandara. Begitu di tiba di bandara yang saya lakukan adalah mencari tempat duduk dan mengamati pergerakan orang di Bandara. Dan akhirnya saya tau saya harus masuk ke suatu tempat sambil menunjukkan tiket pesawat, puh.., satu step sudah saya lalui . Kemudian sampai didalam saya bingung lagi saya harus melakukan apa, untungnya “Ilmu Duduk” itu saya gunakan lagi,setelah mengamati orang, akhirnya saya tau saya harus melaporkan diri saya sesuai dengan nama pesawat yang akan dinaiki. Aman-aman pikir saya, setelah itu inilah yang paling menegangkan , ketika saya naik pesawat!!! ampun begitu tegangnya saya ketika pesawat tinggal landas. Saya hanya bisa memejamkan mata saking tegangnya. Akhirnya saya sampai di medan dengan selamat, malah nantinya kota medan adalah kota yang paling sering saya kunjungi selama saya bekerja. Ada kata syukur kepada Allah atas pengalaman naik pesawat pertama kali ini, saya masih ingat 1 bulan yang lalu sebelum saya bekerja di perusahaan ini, saya juga berada di bandara, bukan untuk naik pesawat , tetapi menjadi supir untuk menutupi uang belanja yang kurang,yang diharuskan menunggu di tempat parkir sambil menanti kedatangan calon mahasiswi dari NTT yang akan mencari kuliah dijakarta (orang tuanya yang menjemput dia di Bandara, itu pulalah yang membuat saya tidak tau sama sekali tentang situasi bandara).Tapi sekarang, saya naik pesawat dan penjadi penumpangnya, duh alangkah senangnya.
Singkat cerita saya semakin nyaman bekerja dan mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan baru saya. Secara tidak sadar kenyamanan itu yang membawa saya ke zona nyaman yang membuat saya kurang dalam berjuang lagi melewati hidup ini. Saya benar – benar nyaman , gaji bagus, pekerjaan bagus, punya mobil ,dan keluarga tercukupi secara materi. Kenyamanan itu membuat saya mencintai pekerjaan saya bukan didasari oleh cinta saya kepada perusahaan dan pekerjaan saya tetapi didasarkan karena pekerjaan itu membuat hidup saya nyaman. Allah mengingatkan saya akan Zona nyaman itu dengan terjadinya suatu kejadian yang mengguncang rasa nyaman itu menjadi tidak nyaman. Saya sangat ketakutan dan khawatir kehilangan pekerjaan saya, jikalau saya akhirnya terlempar , tamatlah kenyamanan itu , malah dalam ketakutan sempat terpikir jikalo saya terlempar, ini adalah akhir segalanya dalam hidup saya. Allah memang Maha Pengasih dan maha Pemurah melalui jalanNya, saya dituntun untuk memahami kesulitan itu dari sisi yang lain. Dari kesulitan itulah saya diingatkan kembali bahwa bekerja adalah suatu panggilan jiwa bukan hanya semata mengejar materi semata.
Allah juga mengingatkan saya kembali atas segala yang saya perjuangkan dulu yaitu mencurahkan segenap tenaga untuk kepentingan orang banyak. Setelah memahami ini semua ,saya membagi loyalitas dalam 3 pengertian yaitu :
Bekerja didasarkan loyalitas kepada perusahaan.
Loyalitas ini bersifat sangat sempit dikarenakan begitu perusahaan tidak memberikan yang terbaik buat kita, loyalitas akan berkurang dan semakin lama akan mengikis habis loyalitas itu sendiri.
Bekerja didasarkan loyalitas kepada kompentensi kita.
Loyalitas ini bersifat sangat materialistis , dengan kompentensi atau keahlian kita , kita tidak usah berpikir untuk loyal total kepada perusahaan, karena dengan kompentensi , kita dengan mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain tanpa menghiraukan kondisi perusahaan kita yang terakhir.
Bekerja didasarkan loyalitas kita kepada Allah.
Inilah loyalitas yang tertinggi, karena dimanapun kita bekerja tujuan kita hanya kepada Allah semata. Bekerja sudah menjadi panggilan jiwa kita, bekerja adalah bagian dari ibadah kita kepada Allah dengan begitu kita akan secara total bekerja dan yang memberikan yang terbaik untuk pekerjaan kita.

Semoga bermanfaat.
Aw (20-09-07 23:40:00)

Tidak ada komentar: